Free downloads software, games and other files free for you

Free blog template

1 Pendahuluan
Buku Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan ini merupakan salah satu sumber bahan dalam proses pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa bagi mahasiswa PGSD dan PGTK. Materi buku ini telah disempurnakan dari buku Pendidikan Seni Rupa yang diterbitkan tahun 2003 yang lalu. Ada beberapa bagian yang diperbaharui dan disesuaikan dengan kurikulum Kerajinan Tangan dan Kesenian Sekolah Dasar yang berbasis kompetensi.
Pendidikan Seni Rupa yang berfungsi sebagai dasar keilmuan akan memberikan landasan konseptual bagi mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian. Dalam ilmu pendidikan seni rupa, terdapat kerangka teoretik yang sangat berharga bagi penerapan dan pengayaan materi Kerajinan Tangan dan Kesenian di Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, pada buku ini tidak sepenuhnya mengacu pada kurikulum Kertakes SD, tetapi lebih luas dan mendasar. Pada bahasan praktika diberikan beberapa pilihan tugas berkarya bagi Guru (calon guru) yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran Kertakes. Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes) diberikan bagi murid SD guna menumbuhkan kepekaan rasa keindahan (estetika) sehingga membentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis. Kertakes memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman berapresiasi dan berkreasi yang dapat menghasilkan suatu benda yang bermanfaat. Pembelajaran Kertakes memiliki fungsi dan tujuan untuk menumbuhkembangkan berbagai potensi, sikap dan keterampilan (baca Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kertakes, Depdiknas, 2003, halaman 6-8).
2. Fungsi dan tujuan Kertakes
a.       Mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa melalui penelaahan jenis, bentuk, sifat, fungsi, alat, bahan, proses, dan teknik
dalam membuat berbagai produk teknologi dan seni yangberguna bagi kehidupan manusia, termasuk pengetahuan seni dan keterampilan dalam konteks budaya yang multikultural.
b.      Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan rasa, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi/menghargai hasil karya seni dan kerajinan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
c.       Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan (leadership), kekaryaan (employmentship), dan kewirausahaan (enterpreneurship).
3.  Standar Kompetensi Bahan Kajian. Kompetensi standar Kertakes adalah:
a.       SENI RUPA.
 Siswa mampu menggunakan kepekaan inderawi dan intelektual dalam memahami, mepresentasi tentang keragaman gagasan, teknik, materi, dan keahlian berkarya senirupa dua dimensi dan tiga dimensi. Siswa mampu mengunakan rasa estetika dalam mempersepsi, memahami, menanggapi, merefleksi, menganalisis, dan mengevaluasi karya seni rupa Nusantara dan mancanegara. Siswa juga dituntut untuk mampu berekspresi karya seni rupa dengan berbagai teknik dan media seni rupa Nusantara dan mancanegara. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan, teknik, materi, dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara melalui kegiatan pameran dan pergelaran.
b.      KERAJINAN.
 Siswa mampu mengkomunikasikan persepsi tentang benda jadi atau perkakas buatan manusia (artefak) dan budayanya dari wilayah lokal, Nusantara dan mancanegara, dengan kepekaan inderawi untuk mengasah proses berfikir dalam tahapan memahami, menanggapi, merefleksi, menganalisis, menganalisis, dan mengevaluasi, serta proses merasakan nilai guna dan keindahan dari produk kerajinan (kria) yang disajikan dalam bentuk gambar rencana dan/atau bentuk sebenarnya. Siswa juga ditunut untuk mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kemampuan dalam bentuk karya kreasi benda jadi atau perkakas berdasarkan pengalaman apresiasinya. Siswa mampu menggunakan berbagai bahan alam dan buatan dengan mengutamakan nilai budaya lokal (local genius), nilai guna dan nilai estetika. Kemampuan tersebut dilengkapi dengan keterampilan mengkomunikasikan/menyajikan karya dalam pameran.
c.        TEKNOLOGI.
 Siswa mampu mengkomunikasikan persepsi sesuai dengan kemampuan pada aspek teknologi dari benda jadi atau perkakas (artefak) atau benda pakai, dengan menggunakan kepekaan inderawi dan mengasah proses berfikir dalam tahapan memahami, menganalisis, dan mengevaluasi, menanggapi, merefleksi serta proses merasakan nilai teknologi, nilai guna maupun nilai keindahan dari produk yang disajikan dalam bentuk gambar rencana dan atau bentuk sebenarnya.
4. Etika estetika logika
a.       Apresiasi kreasi
Seni – kerajinan - teknologi
Menghargai karya orang lain Pengalaman Batin /rasa Bahasa rupa, gerak, bunyi
Kepekaan inderawi Kepekaan rasa/emosi Keterampilan Dasar berkarya
Sumber Inspirasi Alam/lingkungan
Budaya Tradisi Nusantara Budaya Mancanegara
menyajikan karya pameran, pergelaran
Bagan: Hubungan Sistemik Konsep Dasar Kompetensi Bagan di atas menggambarkan hubungan sistemik konsep standar kompetensi dalam Mata Pelajaran Kertakes. Konsep standar kompetensi secara garis besar diarahkan melalui materi pokok seni, kerajinan dan teknologi. Teknologi sebagai materi baru dalam Kertakes tidak bisa dilepaskan dari kesenian dan kerajinan. Sebuah karya seni dan kerajinan membutuhkan teknik baik dalam mengolah media (bahan/alat) maupun dalam mengembangkan pengunaan media tersebut secara optimal melalui kegiatan ekspereimentasi, eksplorasi dan eksploatasi yang bersifat konstruktif. Dalam buku ini kajian teknologi tidak disajikan dalam bentuk bahasan khusus, karena pada dasarnya teknologi akan tercapai melalui kompetensi kerajinan. Yang penting adalah bagaimana para guru mengolah unsur gagasan, tema, dan objek yang bermuatan teknologi atau kerajinan.
b.       Wawasan Seni
Manusia dan Kebudayaan Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki segala kelebihan dan kesempurnaan, yang sangat berbeda dengan binatang. Binatang berkembang dari masa ke masa secara statis, alamiah, dan dengan perilaku yang naluriah. Manusia berkembang secara dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu karena sejalan dengan perkembangan akal, budi, dan dayanya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk budaya. Mahluk yang menggunakan akal (rasio) dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya. Ketika dilahirkan di muka bumi, manusia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan manusia –ketika dilahirkan- tampak dari keharusannya untuk belajar dan beradaptasi terhadap alam dan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan makhluk hewan yang telah siap hidup dalam alam lingkungannya tanpa harus melalui proses belajar dan adaptasi yang lama. Dalam proses menuju kesempurnaannya, makhluk manusia memerlukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Upaya yang dilakukan manusia itu merupakan suatu pemanfaatan sejumlah kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan manusia tersebut di antaranya kemampuan otak yang dapat mengembangkan proses berpikir atau berakal budi. Kemampuan berakal budi pada manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya, sehingga manusia disebut juga sebagai makhluk berakal budi atau makhluk berpikir. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian). Keseluruhan sistem tersebut dinamakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990:98).
hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi -yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia. Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan tidak bisa lepas dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini berarti bahwa manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan sesama dan lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi salah satu kebutuhan (sosial), karena setiap manusia senantiasa memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia selain sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial. Kelompok manusia yang terorganisir dalam suatu masyarakat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menciptakan kebudayaan. Sehingga kebudayaan yang diciptakan masyarakat sebenarnya akan merupakan sistem pengetahuan dan kepercayaan manusia yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalamannya dan persepsi manusia untuk menentukan tindakan dan juga untuk memilih di antara alternatif yang ada (Kessing, 1981:68). Salah satu unsur (subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau sistem gagasan, maka konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilai-nilai dan gagasan yang merujuk pada nilai keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Artinya, bahwa kesenian dapat dipolakan secara sama. Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan karya seni (artifak). Pencipta seni (seniman) -sebagai bagian dari masyarakat- merefleksikan kehidupan alam, masyarakat dan kebudayaannya dalam wujud karya seni yang sangat beragam, dan unik. Keragaman dan keunikan sebagai akibat dari keragaman kondisi alam, masyarakat dan kebudayaannya.
Suatu kesenian akan dapat berkembang karena didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat berperan sebagai penikmat yang merasakan dampak seni bukan dari perasaan atau pengertiannya tetapi dari imajinasinya. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda karena masyarakat juga berbeda-beda. Kesenian yang berkembang pada kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian masyarakat modern

On Label: | 0 Comment

 Patung Tangan



Patrick








cara membuat patung yang terbuat dari plastisin (malam) adalah,
1. siapkan malam yang sesuai keinginan bisa satu warna, bisa bermacam warna
2. bentuk plastisin supaya menjadi agak lemas atau lentur
3. kemudian bentuk sesuai yang diinginkan,
4. hiasi plastisin dengan ornamen yang sesuai dengan tiruan aslinya, supaya terlihat nyata
5. patung akan terbentuk dan menjadi sebuah karya seni rupa.

On Label: | 1 Comments










Pameran seni rupa PGSD IKIP PGRI Madiun. Merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat berbagai macam karya seni rupa mahasiswa PGSD Semester IV, Kegiatan ini diawali dengan perlombaan tumpeng yang dilaksanakan oleh mahasiswa PGSD Semester II, Kemudian dilanjutkan dengan lomba acoustic dari semua mahasiswa PGSD Semester II dan IV.
Tempat pelaksanaan di gedung graha cendekia IKIP PGRI Madiun. Di tiap-tiap stand terdapat karya-karya mahasiswa semester IV dan di akhir acara ada seni tari yang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VI.

On Label: | 0 Comment

Menggambar bentuk





karya pameran, frame



Batik Pring Kotak


Menggambar bentuk pohon











Gambar bentuk media crayon





Karya-karya seni yang terdiri dari gambar bentuk arsiran, gambar bentuk media crayon, gambar batik dan kerajinan tangan frame.

On Label: | 0 Comment

Montase Rooney



Montase Pak Es Be Ye Bersahabat



Montase Child






Karya seni Montase adalah karya seni yang membutuhkan gambar-gambar dari majalah atau surat kabar yang nantinya ditempelkan dan digabungkan dengan gambar lain sehingga menjadi sebuah karya seni yang lucu

On Label: | 0 Comment

Anyaman

Anyaman silang



Anyaman Kotak

Anyaman Kotak


Game Watch

            
Menganyam adalah suatu kegiatan yang diawali dengan memotong kertas menjadi persegi panjang, kemudian dimasukkan kedalam lipatan kertas sehingga menjadi sebuah karya yang memiliki nilai seni yang tinggi.

On Label: | 0 Comment